Banyak Negara Islam Ingin Belajar Demokrasi dari Indonesia
Keberhasilan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi saat ini mendapat perhatian masyarakat internasional terutama negara-negara Islam. Hal ini dikatakan Ketua DPR RI Marzuki Alie saat menyampaikan ceramah Ramadhan di Mesjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (10/8/12).
“Banyak negara Islam, datang ke DPR ingin belajar tentang demokrasi dari indonesia. Mereka ingin mengetahui lebih jauh bagaimana praktek demokrasi yang sejalan dengan ajaran Islam. Afganistan yang baru saja menerapkan nilai-nilai demokrasi juga datang ingin belajar,” jelas Marzuki.
Dalam ceramah yang berjudul ‘Ajaran Islam Menjunjung Kehidupan Demokrasi’, Ketua DPR menggarisbawahi basis empirik agama dan demokrasi memang berbeda. Agama Islam berasal dari wahyu sementara demokrasi adalah pemikiran manusia. Namun secara substantif prinsip demokrasi banyak yang bersesuaian dengan ajaran Islam.
Ia memberi contoh beberapa dasar keilmuan dalam Islam yang bersesuaian dengan elemen demokrasi seperti musyawarah – As Syura, keadilan - Addala, kesejajaran – Al Musawwa, integritas - Amanah, akuntabilitas - Masghuliah, dan kebebasan - Kuriah. “Saya yakin pemikiran demokrasi-pun pasti mengambil dari kitab suci Alquran dan sunnah rasul, pada saatnya akan ada yang menyampaikannya,” kata dia.
Demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung jawab atas tugasnya. Keberadaan wakil didasarkan atas pertimbangan bahwa tidak mungkin semua rakyat di Indonesia mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar.
Kepada jamah masjid Istiqlal yang datang dari kawasan Jabodetabek, Ketua DPR juga memaparkan tentang filosofi dewan perwakilan, dimana prinsip amanah dan tanggung jawab menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan. Sehingga jika ada tindakan pemerintah yang cendrung mengabaikan hak-hak sipil dan hak politik rakyat maka harus segera ditegur, itulah perwakilan rakyat.
Karena prinsip demokrasi inilah maka Alquran memberikan panduan dalam menentukan siapa wakil-wakil yang layak dipilih, siapa calon-calon pemimpin yang harus dipilih. Patokannya harus mendekati karakter nabi Muhammad SAW, dalam kalimat umum bisa disebutkan orang yang mempunyai integritas, kompetensi, komitmen yang sering kita sebut sebagai siddik, amanah, fathonah dan thabligh.
“Calon pemimpin yang kita pilih adalah seperti Rasulullah SAW yaitu fakir berilmu tinggi tapi rendah hati. Kaya tapi hidup sederhana, karena al fakir menyadari kekayaan bukan milik, kekayaan hanyalah titipan Allah SWT. Oleh karenanya seorang pemimpin adalah orang yang rendah hati, tidak menunjukkan kekayaannya dan merasakan kekayaannya adalah milik Allah semata,” demikian Marzuki. (iky)foto:wy/parle